Minggu, 19 Februari 2012

Doa Seorang Nenek

oke para pembaca sekalian , dalam postingan kali ini saya akan menyuguhkan sebuah cerpen islami , semoga memotivasi dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.






Abdul berasal dari sebuah keluarga menengah ke bawah. Bapaknya seorang pedagang kecil di pasar dan ibunya berjualan di warung depan pasar. Dia kuliah di sebuah PTS dengan konsentrasi akuntansi. Setelah lulus, dia bekerja di sebuah lembaga keuangan Islam di daerah Sleman.

Lelaki muda Abdul memang suka bersedekah, sedekah apa saja. ” Asalkan kita mau berbagi apa saja yang kita rasakan baik, itu sudah termasuk sedekah,” katanya.

Ketika dia belum bekerja, dia bersedekah dengan cara mengajar ngaji. Ketika masih mahasiswa, dia sering mengajak temannya yang tidak punya uang untuk makan bersama. ” Alhamdulillah saya selalu merasa cukup.” ujarnya.

Bila sempat, menjelang bekerja dia menunaikan sholat Dhuha.Nah, yang menarik, saat menjelang dirinya diangkat sebagai Direktur Utama di lembaga tempatnya bekerja, dia mengalami kejadian yang unik.Pada waktu dia berangkat untuk mengikuti tes kelayakan … sebagai calon Direktur Utama,di tengah perjalanan, di antara Moyudan sampai Sleman kota dia melihat seorang nenek tua di dekat pasaryang sedang menutup kepalanya dengan stagennya karena terik matahari.D an dengan tertatih-tatih diletakannya barang bawannya,dia seperti menunggu sesuatu dengan gelisah.Waktu itu Abdul berpikir, saat itu si nenek mungkin sedang menunggu bus atau cucunya akan menjemputnya. Karena itulah Abdul langsung melanjutkan perjalanannya ke kantor untuk mengikuti test kelayakan sebagai direktur.

Akhirnya kedatangan Abdul paling terakhir. Setelah mengikuti tes, dia dan teman-temannya langsung pulang dan komisaris mengatakan bahwa hasilnya akan direkapitulasi terlebih dahulu dan malam sudah dapat dipastikan hasilnya. Kepulangan Abdul langsung melewati jalan yang tadi pagi dia lewati dan waktu kira-kira sudah menunjukkan pulul 14.00 sore, tapi apa yang terjadi?

Ternyata nenek tua yang tadi pagi dia lihat masih berdiri di tempat yang sama di perempatan jalan.Apakah tidak ada yang menjemput? atau dia menunggu siapa? Akhirnya Abdul tidak berpikir lama langsung membelokkan motornya dan mendekati si nenek. ” Nenek menunggu siapa?” Abdul bertanya, Ternyata nenek itu justru terlihat bingung, Abdul terhenyak.” Apakah nenek ini pikun?’ pikirnya. ” Nenek hendak kemana?” tanya Abdul lagi.

” Saya mau ke pasar Sleman,” ujarnya.

” Wah nenek mau menjawab berarti tidak pikun” batin Abdul. Kemudian nenek itu bercerita bahwa dia mengaku bingung, karena baru sekali itu dia berada di daerah itu. Tadi dia berangkat dengan bus yang salah. Kernet mengatakan bus yang dinaikinyamenuju tempat tujuan nenek, yaitu pasar Sleman. Tapi si nenek diturunkan di perempatan yang sepi dan tidak terdapat jalur angkutan umum menuju pasar Sleman.

” Sudah tua seperti ini …

” Masih ada saja kernet yang tidak punya belas kasihan” batin Abdul lagi.

Setelah mengetahui masalahnya, Abdul menawarkan bantuan untuk mengantarkan nenek itu.

Bila naik motor, kira-kira 30 menit perjalanan. Setelah sampai di pasar Sleman, terlihat sebagian pasar sudah tutup dan hanya tinggal beberapa penjual yang masih berjualan.

” Ini pasar Sleman, Nek.

” Nenek mau kemana?”

” Sudahlah, nak, disini saja. ” Jawab nenek itu.

” Nenek disuruh menunggu di pasar ini,

” Nanti akan ada yang menjemput,” Ujar nenek itu.

” Ya sudah, nek. Saya pulang dulu ya” Abdul berpamitan.

” Terima kasih ya nak.

” Semoga anak pekerjaaanya lancar dan berhasil,” Seru nenek itu.

Abdul tersenyum lega telah memberikan bantuan kecil sekedarnya. ” Hampir 7 jam, seorang nenek yang sudah berumur 70-an tahun Berdiri di perempatan jalan tanpa ada yang perduli Kelihatannya fisiknya sudah lemah. Tidak semua orang bisa berdiri selama 7 jam. Apakah mungkin tanpa duduk ?,

” Nenek yang luar biasa” batin Abdul berkecamuk selama mengendarai motor pulang. Malam harinya, saat Abdul masih istirahat, komisaris perusahaan meneleponnya,

” Pak Abdul, selamat ya.!”

Telepon langsung ditutup oleh Pak Komisaris, tanpa ada tambahan kata apa-apa.

Tapi ucapan yang komisaris membuat Abdul bingung, selamat apa?

” Mungkin begitulah seharusnya seorang komisaris bersikap kepada bawahannya, pikir Abdul enteng.

Pagi harinya di kantor, teman-teman langsung menyambutnya dengan ucapan selamat beramai-ramai. Abdul sendiri waktu itu belum nyambung dan mengerti dengan ucapan selamat rekan-rekan kerjanya, termasuk rekan yang kemarin ikut seleksi Direktur. Abdul baru tahu ternyata telah lulus tes kelayakan dan diangkat jadi Direktur Utama, setelah Komisaris langsung memanggilnya ke ruangannya, tidak berapa lama setelah Abdul masuk ke dalam kantor. Dari hasil uji kelayakan kemarin, nilai kamu yang paling memenuhi syarat, Dan visi misi yang kamu sampaikan pada saat presentasi …

” Cukup bisa meyakinkan direksi-direksi lain,

” Dan kamu memiliki pemikiran yang panjang …

” Untuk mengembangkan perusahaan ke depan ” Pak Komisaris menerangkan.

” Alhamdulillah.” Padahal aku merasa yang kusampaikan kemarin …

” Sangat jelek dan mengada-ada,” katanya dalam hati.

Sepulang dari kantor, malam harinya Abdul baru teringat kata-kata si nenek:

” Semoga anak pekerjaannya lancar dan berhasil “

” Apakah doa si nenek yang membantu kelancaran tes saya?

” Padahal dari segi sisi alumni dan kemampuan,

” Dibandingkan dengan rekan-rekan yang ikut tes kelayakan,

” Saya merasa underdog, karena kemampuan juga pasa-pasan,

” Lagian saya juga bukan berasal dari perguruan bonafid?

” Ah…kalau Tuhan berkehendak apa saja bisa terjadi.” Pikir Abdul

Yang terbersit oleh Abdul …

adalah keperkasaan seorang nenek selama 7 jam, menungggu tanpa ada kejelasan dan kepastiandan tidak mau bertanya ke orang lain, luar biasa. Mungkin nenek kemarinlah yang menjadikan doa Abdul juga terkabul, ataukah nenek yang kemarin bukan nenek-nenek biasa? Abdul jadi ingat bahwa malaikat bisa menyerupai apa dan siapa saja kalau Tuhan berkehendak untuk menguji seseorang. Sedekah tenaga dengan menolong orang lain pada saat membutuhkan bantuan sangat memberikan kesan bagi dirinya.